Selasa, 26 Juli 2011

Kekaguman Sebuah Batu Pada Cemara

Tepatnya tahun baru 1 Januari 2010 di Gunung Pancar...

Aku terpana memperhatikan sebuah batu berukuran sedang yang bisa dijadikan tempat bersandar. Sebenernya bukan karena batunya 'aneh', tapi terpana karena akhirnya..... aku punya tempat 'ngaso' setelah muter2 ga jelas di sana. Duduk sambil bersandar di batu itu, lumayan punggung rileks lagi....

Ga jauh di samping batu ada sebuah cemara muda. Umurnya mungkin di bawah 10 tahun (sok tau)...
dia berdiri gagah dan tinggi. Kalau kita perhatikan puncaknya dari batu dia keliatan memukau.
Menjangkau langit. Sepertinya batu yang aku sandarin iri sekaligus kagum padanya. Apa pasal ?
Cemara yang tak sekokoh beringin mampu melindunginya dari sengat mentari, aku aja merasakannya. Terpaan sinar matahari membuatnya semakin cantik, ada sinar putih yang memancarkan cahayanya.
Dia juga ga serimbun pohon mangga tapi cukuplah hujan membasahi lembut batu karena berpayung Cemara. Dan pastinya hembusan angin dari gemulainya daun - daun cemara mampu menyejukkan udara sekitar batu.

Dan jadilah batu itu lain dari batu-batu lain di sekitarnya. Tidak diselimuti coklatnya tanah juga hijaunya lumut.
Dia begitu adanya karena dikondisikan oleh Cemara. Pun seperti aku yang mendapat manfaat dari batu dan cemara itu. Aku tau betapa rindunya batu itu ingin memeluk cemara (sok tau lagi). Karena rasaku seperti itu saat bersandar padanya waktu mencoba melepas lelah.

Begitulah aku terjemahkan kekaguman sebuah batu pada Cemara.

(Bisakah batu menterjemahkan kekagumanku padanya ? luv u ;) )



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar